Aku masih ingat pada
waktu itu tanggal 1 agustus 2015, aku mengantarkan adik iparku mengikuti test di
sebuah perusahaan di kemang. Pada saat adik iparku sebut saja Sari memasuki
ruangan test di perusahaan tersebut, aku dengan setia menunggu di ruang tunggu.
Satu setengah jam sudah
aku menunggu selesainya dina mengerjakan test tersebut hingga jam menunjukkan
pukul 14 siang, dina mulai keluar dari ruangan dan menuju lobi.Aku tanya apakah
dina bisa menjawab semua pertanyaan, dia menjawab, “Bisa Mas..”
“Kalau begitu mari
kita pulang” pintaku. “E.. sebelum pulang kita makan dulu, kamu kan lapar din.”
Kemudian dina menggangguk. Setelah beberapa saat dina merasa badannya agak
lemas, dia bilang, “Mas mungkin aku masuk angin nich, habis aku kecapekan
belajar sih tadi malam.” Aku bingung harus berbuat apa, lantas aku tanya
biasanya diapakan atau minum obat apa, lantas dia bilang, “Biasanya dikerokin
Mas..” “Wah.. gimana yach..” kataku. “Oke kalau begitu sekarang kita pulang
nanti kerokan di rumah ..”
dina hanya mengangguk
saja.
Tp saat dalam
perjalanan aku bingung karna istriku yg notabanenya sebagai kakak dina lagi ga
ada, kebetulan istriku lagi ada acara kantor di bandung.
Ya sudahlah nanti
gampang di pikirkan sesampainya dirumah yg penting sekarang pulanag dlu
ketimbang nanti dina malah jadi parah “gumamku dalam hati”
Sesampainya di rumah
aku duduk di kursi depan rumah karna
perjalanan lumayan melelahkan dan macet
Kulihat dina masuk ke
dalam rumah dengan muka yg pucat akupun jadi khawatir
din kamu ga papa tanyaku mukamu ko pucet banget
din kamu ga papa tanyaku mukamu ko pucet banget
“iya mas kayaknya aku
masuk angin parah “jawab dina
din mba kan pulangnya besok kamu mau mas kerokin
din mba kan pulangnya besok kamu mau mas kerokin
Dina ga menolak karna
mungkin dina memang sudah sangan pusing
. “Terus gimana cara Mas untuk ngerokin kamu
din”, tanyaku. Tanpa mal-malu dia lantas tiduran di kasur, sebab dina sudah
menganggapku seperti kakak kandungnya. Aku pun segera menghampirinya. “Sini
dong, Mas kerokin..” Dan astaga dina buka bajunya, yang kelihatan BH-nya saja,
sangat jelas kelihatan putih dan payudaranya padat berisi. Lantas dina
tengkurap dan aku mulai untuk menggosokkan minyak kayu puih ke punggungnya dan
mulai mengeroki punggungnya.
Namun hanya beberapa
kerokan saja.. dina bilang, “Entar Mas.. BH-ku aku lepas sekalian yach.. entar
mengganggu Mas ngerokin aku.” Dan aku terbelalak.. betapa besar payudaranya dan
putingnya masih memerah, sebab dia kan masih perawan. Tanpa malu-malu aku
lanjutkan untuk mengeroki punggungnya. Setelah selesai semua aku bilang, “Sudah
din.. sudah selesai.” Tanpa kusadari dina membalikkan badannya dengan
telentang. “Sekarang bagian dadaku Mas tolong dikerik sekalian.” Aku senang
bukan main. Jelas buah dadanya yang ranum padat itu tersentuh tanganku. Aku
berkali-kali berkata, “Maaf Dik yach.. aku nggak sengaja kok..” “Nggak apa-apa
Mas.. teruskan saja.”
Hampir selesai kerokan
dadanya, aku sudah kehilangan akal sehatku. Aku pegang payudaranya, aku
elus-elus. dina hanya diam dan memejamkan matanya.. lantas aku ciumi buah
dadanya dan kumainkan pentilnya. dina mendesis, “Mas.. Mas.. ahh.., ah ah
ahh..” Terus aku kulum putingnya, tanganku pun nggak mau ketinggalan
bergerilnya di vaginanya. Pertama dia mengibaskan tanganku dia bilang, “Jangan
Mas.. jangan Mas..” Tapi aku nggak peduli.. terus saja aku masukkan tanganku ke
CD-nya, ternyata vaginanya sudah basah sekali.
Lantas tanpa diperintah
oleh dina aku buka rok dan CD-nya, dia hanya memejamkan matanya dan berkata
pelan, “Yach Mas..” Kini dina sudah telanjang bulat tak pakai apa-apa lagi, wah..
putih mulus, bulunya masih jarang maklum dia baru umur 20 tahun tamat SMA.
Lantas aku mulai menciumi vaginanya yang basah dan menjilati vaginanya sampai
aku mainkan kelentitnya, dia mengerang keenakan, “Mas.. ahh.. uaa.. uaa..
Mas..”
Dan mendesis-desis
kegirangan, tangan dina sudah
gatal ingin pegang
penisku saja. Lantas aku berdiri, kubuka baju dan celanaku kemudian langsung
saja dina memegang penisku dan mengocok penisku. Aku suruh dia untuk mengulum,
dia nggak mau, “Nggak Mas jijik.. tuh, nggak ah.. dina nggak mau.” Lantas
kupegang dan kuarahkan penisku ke mulutnya. “Jilatin saja coba..” pintaku.
Lantas dina menjilati
penisku, lama-kelamaan dia mau untuk mengulum penisku, tapi pas pertama dia
kulum penisku, dia mau muntah “Huk.. huk.. aku mau muntah Mas, habis penisnya
besar dan panjang.. nggak muat tuh mulutku.” katanya. “Isep lagi saja Sar..”
Lantas dia mulai mengulum lagi dan aku menggerayangi vaginanya yang basah.
Lantas aku rentangkan badan dina.
Rasanya penisku sudah
nggak tahan ingin merenggut keperawanan dina. “dina... Mas masukkan yah.. penis
Mas ke vaginamu”, kataku. dina bilang, “Jangan Mas.. aku kan masih perawan.”
katanya. Aku turuti saja kemauannya, aku tidurin dia dan kugesek-gesekkan
penisku ke vaginanya. Dia merasakan ada benda tumpul menempel di vaginanya,
“Mas.. Mas.. jangan..” Aku nggak peduli, terus kugesekkan penisku ke vaginanya,
lama-kelamaan aku mencoba untuk memasukkan penisku ke vaginanya. Slep.. dina menjerit, “Ahk.. Mas.. jangan..”
Aku tetap saja
meneruskan makin kusodok dan slep.. bles.. dina menggeliat-geliat dan meringis
menahan sakitnya, “Mas.. Mas.. sakit tuh.. Mas.. jangan..” Lalu dina menangis,
“Mas.. jangan dong..” Aku sudah nggak mempedulikan lagi, sudah telanjur masuk
penisku itu.
Lantas aku mulai
menggerakkan penisku maju mundur. “Ah.. Mas.. ah.. Mas..” Rupanya dina sudah
merasakan nikmat dan meringis-ringis kesenangan. “Mas..” Aku terus dengan
cepatnya menggenjot penisku maju mundur. “Mas.. Mas..” Dan aku merasakan vagina dina mengeluarkan cairan. Rupanya dia sudah klimaks, tapi aku belum. Aku
mempercepat genjotanku. “Terus Mas.. terus Mas.. lebih cepat lagi..” pinta dina. Tak lama aku merasakan penisku hampir mengeluarkan mani, aku cabut
penisku (takut hamil sih) dan aku suruh untuk dina mengisapnya.
dina mengulum lagi dan
terus mengulum ke atas ke bawah. “Hem.. hem.. nikmat.. Mas..” Aku bilang,
“Terus din.. aku mau keluar nich..” dina mempercepat kulumnya dan.. cret.. cret..
maniku muncrat ke mulut dina. dina segera mencabut penisku dari mulutnya dan
maniku menyemprot ke pipi dan rambutnya. “Ah.. ah.. dina.. maafkan Mas.. yach..
aku khilaf din.. maaf.. yach!” “Nggak apa-apa Mas.. semuanya sudah telanjur kok
Mas..” Lantas dina bersandar di pangkuanku.
Kuciumi lagi dina
dengan penuh kesayangan hingga akhirnya aku dan dina tertidur pulas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar