Rabu, 05 Oktober 2016

ngentot sama adik ipar

Aku masih ingat pada waktu itu tanggal 1 agustus 2015, aku mengantarkan adik iparku mengikuti test di sebuah perusahaan di kemang. Pada saat adik iparku sebut saja Sari memasuki ruangan test di perusahaan tersebut, aku dengan setia menunggu di ruang tunggu.
Satu setengah jam sudah aku menunggu selesainya dina mengerjakan test tersebut hingga jam menunjukkan pukul 14 siang, dina mulai keluar dari ruangan dan menuju lobi.Aku tanya apakah dina bisa menjawab semua pertanyaan, dia menjawab, “Bisa Mas..”
“Kalau begitu mari kita pulang” pintaku. “E.. sebelum pulang kita makan dulu, kamu kan lapar din.” Kemudian dina menggangguk. Setelah beberapa saat dina merasa badannya agak lemas, dia bilang, “Mas mungkin aku masuk angin nich, habis aku kecapekan belajar sih tadi malam.” Aku bingung harus berbuat apa, lantas aku tanya biasanya diapakan atau minum obat apa, lantas dia bilang, “Biasanya dikerokin Mas..” “Wah.. gimana yach..” kataku. “Oke kalau begitu sekarang kita pulang nanti  kerokan di rumah  ..”
dina hanya mengangguk saja.
Tp saat dalam perjalanan aku bingung karna istriku yg notabanenya sebagai kakak dina lagi ga ada, kebetulan istriku lagi ada acara kantor di bandung.
Ya sudahlah nanti gampang di pikirkan sesampainya dirumah yg penting sekarang pulanag dlu ketimbang nanti dina malah jadi parah “gumamku dalam hati”
Sesampainya di rumah aku  duduk di kursi depan rumah karna perjalanan lumayan melelahkan dan macet
Kulihat dina masuk ke dalam rumah dengan muka yg pucat akupun jadi khawatir
din kamu ga papa tanyaku mukamu ko pucet banget
“iya mas kayaknya aku masuk angin parah “jawab dina
din mba kan pulangnya besok kamu mau mas kerokin
Dina ga menolak karna mungkin dina memang sudah sangan pusing
 . “Terus gimana cara Mas untuk ngerokin kamu din”, tanyaku. Tanpa mal-malu dia lantas tiduran di kasur, sebab dina sudah menganggapku seperti kakak kandungnya. Aku pun segera menghampirinya. “Sini dong, Mas kerokin..” Dan astaga dina buka bajunya, yang kelihatan BH-nya saja, sangat jelas kelihatan putih dan payudaranya padat berisi. Lantas dina tengkurap dan aku mulai untuk menggosokkan minyak kayu puih ke punggungnya dan mulai mengeroki punggungnya.
Namun hanya beberapa kerokan saja.. dina bilang, “Entar Mas.. BH-ku aku lepas sekalian yach.. entar mengganggu Mas ngerokin aku.” Dan aku terbelalak.. betapa besar payudaranya dan putingnya masih memerah, sebab dia kan masih perawan. Tanpa malu-malu aku lanjutkan untuk mengeroki punggungnya. Setelah selesai semua aku bilang, “Sudah din.. sudah selesai.” Tanpa kusadari dina membalikkan badannya dengan telentang. “Sekarang bagian dadaku Mas tolong dikerik sekalian.” Aku senang bukan main. Jelas buah dadanya yang ranum padat itu tersentuh tanganku. Aku berkali-kali berkata, “Maaf Dik yach.. aku nggak sengaja kok..” “Nggak apa-apa Mas.. teruskan saja.”
Hampir selesai kerokan dadanya, aku sudah kehilangan akal sehatku. Aku pegang payudaranya, aku elus-elus. dina hanya diam dan memejamkan matanya.. lantas aku ciumi buah dadanya dan kumainkan pentilnya. dina mendesis, “Mas.. Mas.. ahh.., ah ah ahh..” Terus aku kulum putingnya, tanganku pun nggak mau ketinggalan bergerilnya di vaginanya. Pertama dia mengibaskan tanganku dia bilang, “Jangan Mas.. jangan Mas..” Tapi aku nggak peduli.. terus saja aku masukkan tanganku ke CD-nya, ternyata vaginanya sudah basah sekali.
Lantas tanpa diperintah oleh dina aku buka rok dan CD-nya, dia hanya memejamkan matanya dan berkata pelan, “Yach Mas..” Kini dina sudah telanjang bulat tak pakai apa-apa lagi, wah.. putih mulus, bulunya masih jarang maklum dia baru umur 20 tahun tamat SMA. Lantas aku mulai menciumi vaginanya yang basah dan menjilati vaginanya sampai aku mainkan kelentitnya, dia mengerang keenakan, “Mas.. ahh.. uaa.. uaa.. Mas..”
Dan mendesis-desis kegirangan, tangan dina sudah
gatal ingin pegang penisku saja. Lantas aku berdiri, kubuka baju dan celanaku kemudian langsung saja dina memegang penisku dan mengocok penisku. Aku suruh dia untuk mengulum, dia nggak mau, “Nggak Mas jijik.. tuh, nggak ah.. dina nggak mau.” Lantas kupegang dan kuarahkan penisku ke mulutnya. “Jilatin saja coba..” pintaku.
Lantas dina menjilati penisku, lama-kelamaan dia mau untuk mengulum penisku, tapi pas pertama dia kulum penisku, dia mau muntah “Huk.. huk.. aku mau muntah Mas, habis penisnya besar dan panjang.. nggak muat tuh mulutku.” katanya. “Isep lagi saja Sar..” Lantas dia mulai mengulum lagi dan aku menggerayangi vaginanya yang basah. Lantas aku rentangkan badan dina.
Rasanya penisku sudah nggak tahan ingin merenggut keperawanan dina. “dina... Mas masukkan yah.. penis Mas ke vaginamu”, kataku. dina bilang, “Jangan Mas.. aku kan masih perawan.” katanya. Aku turuti saja kemauannya, aku tidurin dia dan kugesek-gesekkan penisku ke vaginanya. Dia merasakan ada benda tumpul menempel di vaginanya, “Mas.. Mas.. jangan..” Aku nggak peduli, terus kugesekkan penisku ke vaginanya, lama-kelamaan aku mencoba untuk memasukkan penisku ke vaginanya. Slep.. dina menjerit, “Ahk.. Mas.. jangan..”
Aku tetap saja meneruskan makin kusodok dan slep.. bles.. dina menggeliat-geliat dan meringis menahan sakitnya, “Mas.. Mas.. sakit tuh.. Mas.. jangan..” Lalu dina menangis, “Mas.. jangan dong..” Aku sudah nggak mempedulikan lagi, sudah telanjur masuk penisku itu.
Lantas aku mulai menggerakkan penisku maju mundur. “Ah.. Mas.. ah.. Mas..” Rupanya dina sudah merasakan nikmat dan meringis-ringis kesenangan. “Mas..” Aku terus dengan cepatnya menggenjot penisku maju mundur. “Mas.. Mas..” Dan aku merasakan vagina dina mengeluarkan cairan. Rupanya dia sudah klimaks, tapi aku belum. Aku mempercepat genjotanku. “Terus Mas.. terus Mas.. lebih cepat lagi..” pinta dina. Tak lama aku merasakan penisku hampir mengeluarkan mani, aku cabut penisku (takut hamil sih) dan aku suruh untuk dina mengisapnya.
dina mengulum lagi dan terus mengulum ke atas ke bawah. “Hem.. hem.. nikmat.. Mas..” Aku bilang, “Terus din.. aku mau keluar nich..” dina mempercepat kulumnya dan.. cret.. cret.. maniku muncrat ke mulut dina. dina segera mencabut penisku dari mulutnya dan maniku menyemprot ke pipi dan rambutnya. “Ah.. ah.. dina.. maafkan Mas.. yach.. aku khilaf din.. maaf.. yach!” “Nggak apa-apa Mas.. semuanya sudah telanjur kok Mas..” Lantas dina bersandar di pangkuanku.
Kuciumi lagi dina dengan penuh kesayangan hingga akhirnya aku dan dina tertidur pulas


Tidak ada komentar:

Posting Komentar